SonicRun.com
Showing posts with label Info-Haji. Show all posts
Showing posts with label Info-Haji. Show all posts

Pengertian Miqat

By Unknown | At 15:39 | Label : , , , | 0 Comments
Menurut Istilah Haji / Umrah :
Miqot adalah batas waktu atau tempat untuk Ihrom haji / Umroh.

Macam Miqot :
  1. Miqot Zamani adalah batas waktu untuk berihro haji/umroh.
  1. Miqot Makani adalah batas tempat untuk memulai ihrom haji atau umroh.


Hukum Ibadah Haji

By Unknown | At 15:20 | Label : , | 0 Comments
HUKUM IBADAH HAJI

Diwajibkan bagi yang sudah mampu sekali
dalam seumur hidupnya, kecuali jika seseorang tersebut

mempunyai nadzar haji, walaupun dia sudah
pernah menunaikan haji, dia wajib menunaikan haji lagi
karena nadzarnya

Firman Allah : Qs. Ali Imron : 97



 

Keutamaan Madinah dan Doa Nabi SAW.

By Unknown | At 06:42 | Label : , , , | 0 Comments
KEUTAMAAN MADINAH DAN DO’A NABI SAW.
حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَدَعَا لَهَا وَحَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ كَمَا حَرَّمَ إِبْرَاهِيمُ مَكَّةَ وَدَعَوْتُ لَهَا، فِي مُدِّهَا وَصَاعِهَا، مِثْلَ مَا دَعَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ لِمَكَّةَ  - أخرجه البخاري في: 34 كتاب البيوع

Hadits Abdullah bin Zaid ra. Dari Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya Ibrahim ra. Mengharamkan Makkah dan berdo’a untuknya, dan aku [Nabi] mengharamkan Madinah sebagaimna Ibrahim as. Mengharamkan Makkah dan aku berdo’a untuk Madinah, semoga berkah setiap mud dan sha’nya [takaran & timbangan] seperti Ibrahim as. Berdo’a untuk Makkah” [dikeluarkan Bukhari Kitab 34 bab buyu’]

حديث أَنَسٍ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: اللّهُمَّ اجْعَلْ بِالْمَدِينَةِ ضِعْفَيْ مَا جَعَلْتَ بِمَكَّةَ مِنَ الْبَرَكَةِ - أخرجه البخاري في: 29 كتاب فضائل المدينة
Hadits Anas ra. Dari Nabi saw berdo’a : “Ya Allah, jadikanlah berkah di Madinah dua kali dari Makkah”. [dikeluarkan Bukhari kitab ke 29 à Keutamaan2 Madinah]
                                                                                                                                 
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلاَئِكَةٌ لاَ يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلاَ الدَّجَّالُ  - أخرجه البخاري في: 29 كتاب فضائل المدينة: 9 باب لا يدخل الدجال المدينة
Hadits dari Abi Hurairah ra berkata bersabda Rasulullah saw : Diatas setiap jalan masuk Madinah ada Malaikat, karena itu wabah thaun dan dajjal tidak akan bias masuk ke Madinah. [dikeluarkan Bukhari bab ke 29 Kitab Keutamaan Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أُمِرْتُ بِقَرْيَةٍ تَأْكُلُ الْقُرَى، يَقُولُونَ يَثْرِبُ، وَهِيَ الْمَدِينَةُ تَنْفِي النَّاسَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ  - خرجه البخاري في: 29 كتاب فضائل المدينة: 2 باب فضل المدينة

Hadits dari Abu Hurairah ra berkata bersabda Rasulullah saw : Aku diperintahkan untuk berhijrah [pindah] desa yg mengalah semua desa, orang2 menamakan Yatsrib [nama sebelum diubah oleh Rasul menjadi Madinah] yg dapat membersihkan ketidak jujuran seseorang seperti api pandai besi yg membersihkan karat yg ada pada besi. [dikeluarkan Bukhari kitab ke 29 à Keutamaan2 Madinah]

Keutamaan Masjid Quba

By Unknown | At 06:20 | Label : , , , | 0 Comments
Keutamaan Masjid Quba

حديث ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَأْتِي قُبَاءً رَاكِبًا وَمَاشِيًا - أخرجه البخاري في: 20 كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
Ibnu Umar ra berkata : Nabi saw selalu pergi kemasjid Quba dengan berkendaraan atau berjalan kaki. [dikeluarkan Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaanmasjid Makkah & Madinah]

.

Keutamaan Shalat di Masjid Nabawi

By Unknown | At 06:12 | Label : , , , | 0 Comments
KEUTAMAAN SHALAT DI MASJID NABAWI MADINAH
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ - أخرجه البخاري في: 20 كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة: 1 باب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
                                                                                                                                      
Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Nabi saw bersabda : Shalat dimasjidku ini lebih baik dari 1000 [seribu] kali shalat dimasjid lainnya, kecuali Masjidil Haram [Makkah]. [dikeluarkan Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaanmasjid Makkah & Madinah]
حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ الْمَازِنِيِّ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ - أخرجه البخاري في: 20 كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة: 5 باب فضل ما بين القبر والمنبر

Dari Aabdullah bin Zaid Al-Mazani ra bersabda Rasulullah saw : Diantara rumahku dan mimbarku adalah salah satu kebun dari kebun2 surga. [dikeluarkan Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaan Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ، وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي - أخرجه البخاري في: 20 كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدين

Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Nabi saw bersabda : Diantara rumahku dan mimbarku adalah salah satu kebun dari kebun2 surga, sedang mimbarku terletak diatas telagaku. [dikeluarkan Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaan Madinah]

Pelaksanaan Ibadah Haji Secara Qiran

By Unknown | At 15:22 | Label : , | 0 Comments
PELAKSANAAN IBADAH HAJI SECARA QIRAN.
Gelombang I [Pertama]
Miqat Makani dari Dzul Hulaifah [Bir Ali]
-          Setelah Jamaah menyelesaikan Paket Arbain [Shalat 40 Waktu di Masjid Nabawi].
-          Jamaah Mandi Ihram dari Pondokan dan memakai Pakain Ihram, kemudian diberangkatkan menuju Masjid Dzul Hulaifah [Bir Ali] sekitar 14 km. dari Kota Madinah.
-          Jamaah turun dari bus menuju Masjid, kemudian melaksanakan Shalat Sunnah Tahiyyatal Masjid dan Shalat Sunnah Ihram, atau dilaksanakan bersama-sama. [Rakaat 1 Al Kaafirun dan 2 Al Ikhlas].
-          Menuju bus dan Niat Ihram Haji dan Umrah sekaligus, diteruskan baca Talbiyah dan juga selama perjalanan menuju Makkah Al Mukarramah.
-          Setelah niat tsb. berlaku semua larangan Ihram.
-          Sampai di Makkah, bus menuju Maktab [Pondokan] sesuai Maktab [Pondokan] yang telah ditentukan.
-          Jamaah menuju kamar-kamar masing-2, merapikan barang bawaan, Istirahat secukupnya.
-          Jamaah menuju Masjidil Haram ber-sama-sama regu/rombongan masing-2, masuk Masjidil Haram [do’a], melihat Ka’bah [do’a], mencari Sudut Hajar Aswad, arah sebelah tenggara ditandai dengan lampu hijau.
-          Jamaah melaksanakan Thawaf Qudum  7 [tujuh] kali putaran dimulai dan berakhir di Sudut [Rukun] Hajar Aswad, kemudian menuju Multazam berdo’a, kemudian Shalat Sunnah Thawaf sebanyak 2 [dua] raka’at [baca Al Kafirun rakaat pertama dan Al Ikhlas rakaat kedua], minum Air Zam-zam.
-          Boleh diteruskan dengan Sa’i.
-          Menuju Mas’a [tempat Sa’i] langsung kebukit Shafa untuk memulai Sa’i.
-          Dilaksanakan 7 [tujuh] kali putaran dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa [dari bukit Shafa sampai dibukit Marwa dihitung satu putaran dan sebaliknya].
-          Kembali ke Maktab [Pondokan] tetap berpakaian Ihram [masih berlaku semua larangan Ihram menunggu pelaksanaan Ibadah Haji.
-          Tgl. 8 Dzul Hijjah Jamaah diberangkatkan ke Arafah. [tidak usah niat lagi]
-          Jamaah diberngakatkan ke Arafah dengan bus, memperbanyak baca Talbiyah.
-          Di Arafah menanti pelaksanaan Wukuf, memperbanyak baca Talbiah, do’a dan dzikir di Arafah tersebut.
-          Tanggal 9 Dzul Hijjah Ba’da zawal [waktu dhuhur] pelaksanaan Wukuf, mendengarkan Khutbah Wukuf diteruskan Shalat Jama’ Qasar Taqdim [Dhuhur dan Asar] berjama’ah.
-          Dzikir Wukuf, sampai tenggelamnya Matahari [masuk Waktu Maghrib].
-          Shalat Maghrib dan Isya’ jamak qasar taqdim.
-          Jamaah mulai diberangkatkan ke Muzdalifah naik bus secara bergiliran dan diturunkan di Muzdalifah untuk Mabit [bermalam] dengan memperbanyak baca Talbiyah, dzikir, do’a karena tempat ini yang disebut Mas’aril Haram.
-          Selanjutnya disunnahkan mengambil kerikil secukupnya untuk melontar Jamrah Aqabah.
-          Setelah lewat pertengahan malam Jamaah diberangkatkan naik bus  secara bergiliran ke Mina.
-          Jamaah [10 Dzul Hijjah] bersiap-siap dari kemah Mina untuk melaksanakan lontar Jamrah Aqabah ditempat Jamarat [sebaiknya sesuai dengan jadwal waktu yang telah diberikan untuk Jamaah Asia Tenggara termasuk Indonesia].
-          Sesampai di Jamarat, jama’ah melaksanakan melontar Jamrah Aqabah [Kubra] Jamrah yang paling barat, dengan posisi sebelah kiri arah Makkah dan sebelah kanan arah Mina, dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-          Selesai melontar Jamrah Aqabah [Kubra], Jama’ah mencukur atau menggunting rambut kepala sedikitnya 3 [tiga] lembar.
-          Jamaah selesai menggunting atau mencukur rambut kepala, maka sudah dalam keadaan Tahallul Awal, sudah lepas dari larangan Ihram kecuali bersetubuh [hubungan intim antara suami isteri].
-          Jamaah laki-laki boleh memakai pakaian biasa, untuk Jamaah perempuan tetap berpakain yang menutup aurat perempuan, tetapi boleh memakai sarung tangan dan cadar.
-          Jamaah kembali kekemah untuk mabit [bermalam] di Mina 11 Dzul Hijjah, dan kembali siangnya pergi Jamarat, untuk melontar 3 [tiga] Jamrah; Jamrah Ula [Shugra], Jamrah Wushtha dan Jamrah Aqabah [Kubra], masing-masing dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-          Jamaah kembali kekemah di Mina untuk mabit [bermalam] 12 Dzul Hijjah, siangnya keJamarat untuk melaontar 3 [tiga] jamrah; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan Aqabah [Kubra] masing-masing dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-          Setelah selesai melontar 3 [tiga] jamrah tsb. boleh meninggalkan Mina kembali ke Makkah sebelum tenggelamnya matahari, maka disebut NAFAR AWAL.
-          Bagi Jamaah yang tetap di kemah Mina untuk mabit [bermalam] 13 Dzul Hijjah. Dan siangnya melontar 3 [tiga] jamrah ; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan Aqabah [Kubra] masing-masing 7 [tujuh] kali lontaran, selesai kemudian kembali ke Makkah disebut dengan NAFAR TSANI.
Jammah di Maktab [pondokan] Makkah istirahat secukupnya, kemudian melaksanakan Thawaf Ifadhah atau Thawaf Rukun dan diteruskan dengan Sa’i. [caranya sama pada saat Thawah Qudum]

Pelaksanaan Ibadah Haji Secara Tamattu'

By Unknown | At 15:19 | Label : , | 0 Comments

PELAKSANAAN IBADAH  HAJI SECARA TAMATTU’
Gelombang I [Pertama]
-          Jamaah dari rumah à menuju Asrama Haji dan di Asrama Haji selama maksimal 24 jam, dengan beberapa kegiatan :
1.      Pemeriksaan kesehatan,
2.      Menerima pembagian tempat selama di Asrama tsb. dan kartu makan,
3.      menerima Pasport, gelang identitas dan uang leaving cost sebesar 1500 real.
4.      istirahat di asrama, menunggu jadual pemberangkatan.
5.      diberangkatkan dari Asrama menuju Embarkasi untuk terbang menuju Saudi Arabia dengan naik Pesawat dengan catatan, jika naik pesawat GIA turun ke KAAIA Jeddah, jika naik pesawat Saudia langsung di Bandara Madinah.
-          Jamaah dari Asrama Haji menuju Bandara dengan memakai pakaian biasa [pakaian Ihram ada di Tas Koper].
o   Jamaah dari Bandara naik Pesawat menuju [Saudi Arabia] dengan catatan : jika naik pesawat GIA turun ke KAAIA Jeddah, jika naik pesawat Saudia langsung di Bandara Madinah.
-          Turun dari Pesawat masuk pada ruang pemeriksaan, jamaah diperiksa satu-persatu Pasport, barang bawaan dll.
-          Selesai pemeriksaan jika naik pesawat Saudia, keluar dari ruang pemeriksaan menuju ruang tunggu di Bandara Madinah, kemudian naik bus sesuai rombongan masing-masing menuju Hotel [tempat pemondokan] selama kegiatan ] di Madinatul al- Munawwarah yg diatur oleh Majmu’ah..
-          Selesai pemeriksaan Jamaah keluar dari ruang pemeriksaan, menuju ruang tunggu di Bandara KAAIA Jeddah.
-          Jamaah naik bus masing-masing sesuai rombongannya,dan langsung diberangkatkan menuju Madinah al Munawwarah.
-          Sampai di Madinah al Munawwarah jamaah ditempatkan di Hotel [tempat pondokan] masing-masing yang diatur oleh Majmu’ah.
-          Dipemondokan [Hotel] Madinah al Munawwarah selama 8 [delapan] hari untuk melaksanakan paket Arbai’in [Shalat 40 waktu] di Masjid Nabawi dan ziarah ditempat bersejarah.
Miqat Makani dari Dzul Hulaifah [Bir Ali]
-          Setelah Jamaah menyelesaikan Paket Arbain [Shalat 40 Waktu di Masjid Nabawi].
-          Jamaah Mandi Ihram dari Pondokan dan memakai Pakain Ihram, kemudian diberangkatkan menuju Masjid Dzul Hulaifah [Bir Ali] sekitar 14 km. dari Kota Madinah.
-          Jamaah turun dari bus menuju Masjid, kemudian melaksanakan Shalat Sunnah Tahiyyatal Masjid dan Shalat Sunnah Ihram, atau dilaksanakan ber-sama-sama. [Rakaat 1 Al Kaafirun dan 2 Al Ikhlas].
-          Menuju bus dan Niat Ihram Umrah dipandu oleh Karom masing-2. diteruskan baca Talbiyah dan juga selama perjalanan menuju Makkah Al Mukarramah. à
-          بسم الله الرحمن الرحيم، نريت العمرة واحرمت بها لله تعالى [لبيك اللهم عمرة]
-          لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
-          Setelah niat Umrah tsb. berlaku semua larangan Ihram.
-          Sampai di Makkah Al Mukarramah, bus menuju Maktab [Pondokan] sesuai Maktab [Pondokan] yang telah ditentukan.
-          Jamaah menuju kamar masing-2, merapikan barang bawaan, Istirahat secukupnya.
-          Jamaah menuju Masjidil Haram ber-sama-sama regu/rombongan masing-2, menuju dan masuk Masjidil Haram [do’a], melihat Ka’bah [do’a], mencari Sudut Hajar Aswad, arah sebelah tenggara ditandai dengan lampu hijau.
-          Jamaah melaksanakan Thawaf Umrah 7 [tujuh] kali putaran dimulai dan berakhir di Sudut [Rukun] Hajar Aswad, kemudian menuju Multazam berdo’a, Shalat Sunnah Thawaf sebanyak 2 [dua] raka’at [baca Al Kafirun rakaat pertama dan Al Ikhlas rakaat kedua], minum Air Zam-zam.
-          Menuju Mas’a langsung kebukit Shafa untuk memulai Sa’i.
-          Dilaksanakan 7 [tujuh] kali putaran dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa [dari bukit Shafa sampai dibukit Marwa dihitung satu putaran dan sebaliknya].
-          Selesai Sa’i dibukit Marwa menggunting rambut kepala, mimimal 3 [tiga] helai.
-          Kemudian Tahallul Umrah [bebas dari larangan Ihram] kembali ke Maktab [Pondokan].
-          Sudah diperbolehkan [waktu awal] membayar Dam NUSUK [berupa menyembelih seekor kambing]setelah selesai Umrah tsb., waktu yang utama pada Hari Nahar [10 Dzul Hijjah] atau juga dapat dilaksanakan setelah selesai melaksanakan Ibadah Haji.
-          Jamaah di Makkah Al Mukarramah dianjurkan memperbanyak beribadah di Masjidil Haram [Shalat, Thawaf, baca Al Qur’an dsb.]
-          Tanggal 8 Dzul Hijjah dimulai pelaksanaan Ibadah Haji.
-          Jamaah mandi Ihram, shalat sunnah Ihram di Maktab [Pondokan] masing-2, kemudian turun dari Maktab [Pondokan], niat untuk Ihram Haji dipandu oleh Karom masing-2 dilanjutkan baca Talbiyah.
-          Jamaah diberngakatkan ke Arafah dengan bus, memperbanyak baca Talbiyah.
-          Di Arafah menanti pelaksanaan Wukuf, memperbanyak dzikir, talbiyah,  baca Al Qur’an dan do’a di Arafah tersebut.
-          Tanggal 9 Dzul Hijjah Ba’da zawal [waktu dhuhur] pelaksanaan Wukuf, mendengarkan Khutbah Wukuf diteruskan Shalat Jama’ Qasar Taqdim [Dhuhur dan Asar] berjamaah.
-          Dzikir Wukuf, sampai tenggelamnya Matahari [masuk Waktu Maghrib].
-          Diperbolehkan Shalat Maghrib dan Isya’ jamak qasar taqdim, [utamanya jamak qasar ta’khir di Muzdalifah].
-          Jamaah mulai diberangkatkan ke Muzdalifah naik bus secara bergiliran dan diturunkan di Muzdalifah untuk Mabit [bermalam] Shalat Maghrib dan Isya’ jamak qasar Ta’khir [apabila belum melaksanakan Shalat Jama’ Taqdim di Arafah] dan memperbanyak talbiyah, dzikir dan do’a, karena tempat ini yang disebut Mas’aril Haram.
-          Selanjutnya disunnahkan mengambil kerikil secukupnya untuk melontar Jamrah Aqabah.
-          Setelah lewat pertengahan malam Jama’ah diberangkatkan naik bus secara bergiliran ke Mina.
-          Jamaah [10 Dzul Hijjah] bersiap-siap dari kemah Mina untuk melaksanakan lontar Jamrah Aqabah ditempat Jamarat [sebaiknya sesuai dengan jadwal waktu yang telah diberikan untuk Jamaah Asia Tenggara termasuk Indonesia].
-          Sesampai di Jamarat, jamaah melaksanakan melontar Jamrah Aqabah [Kubra] Jamrah yang paling barat, dengan posisi sebelah kiri arah Makkah dan sebelah kanan arah Mina, dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-          Selesai melontar Jamrah Aqabah [Kubra], Jamaah mencukur atau menggunting rambut kepala sedikitnya 3 [tiga] lembar.
-          Jamaah selesai menggunting atau mencukur rambut kepala, maka sudah dalam keadaan Tahallul Awal, lepas dari larangan Ihram kecuali bersetubuh [hubungan intim antara suami isteri].
-          Jamaah laki-laki boleh memakai pakaian biasa, untuk Jamaah perempuan tetap berpakain yang menutup aurat perempuan, tetapi boleh memakai sarung tangan dan cadar.
-          Jamaah kembali kekemah untuk mabit [bermalam] di Mina 11 Dzul Hijjah, dan kembali siangnya pergi ke Jamarat, untuk melontar 3 [tiga] Jamrah Ula [Shugra], Jamrah Wushtha dan Jamrah Aqabah [Kubra], masing-masing dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-          Jamaah kembali kekemah di Mina untuk mabit [bermalam] 12 Dzul Hijjah, siangnya kejamarat untuk melaontar 3 [tiga] jamrah; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan Aqabah [Kubra] masing-masing dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-          Setelah selesai melontar 3 [tiga] jamrah tsb. boleh meninggalkan Mina kembali ke Makkah sebelum terbenamnya matahari, maka disebut NAFAR AWAL.
-          Bagi Jamaah yang tetap di kemah Mina untuk mabit [bermalam] 13 Dzul Hijjah. Dan siangnya melontar 3 [tiga] jamrah ; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan Aqabah [Kubra] masing-masing 7 [tujuh] kali lontaran, selesai kemudian kembali ke Makkah disebut dengan NAFAR TSANI.
-          Jamaah di Maktab [pondokan] Makkah istirahat secukupnya, kemudian melaksanakan Thawaf Ifadhah atau Thawaf Rukun dan diteruskan dengan Sa’i. [caranya sama pada saat Thawah dan Sa’i  Umrah].
-          Jamaah selesai melaksanakan rangkain kegiatan Ibadah Haji disebut dengan Tahallul Tsani. Bebas dari semua larangan, termasuk bersetubuh [hubungan intim antara suami isteri].
-          Menunggu kepulangan ke Tanah Air, memperbanyak Ibadah di Masjidil Haram [Shalat Jama’ah, Shalat Sunnah, baca Al Qur’an dan Dzikir].
-          Melaksanakan Thawaf Wada’ ; Wada’ artinya Pamitan, saat akan meninggalkan Makkah Al Mukarramah 7 [tujuh] kali putaran, setelah selesai dilanjutkan Shalat Sunnah Thawaf dibelakang Maqam Ibrahim, do’a di Multazam kalau memungkinkan, kemudian meninggalkan Masjidil Haram tanpa Sa’i.
-          Bagi Wanita yang Haidl atau Nifas, cukup berdo’a disalah satu pintu Masjidil Haram, sebagai pengganti Thawaf Wada’.
           
            Untuk Gelombang II [dua] :
-          Mandi Ihram di Embarkasi [Donohudan], memakai pakaian Ihram dan Shalat Sunnah Ihram.
-    Jamaah diberangkatkan menuju Bandara [Adi Sumarmo Solo], Jamaah lak-laki; walaupun memakai pakaian Ihram, masih diperkenankan memakai Jaket atau yang lainnya untuk menjaga dinginnya dipesawat.
-          Jamaah dari Bandara [Adi Sumarmo] naik Pesawat diberangkatkan menuju Bandara KAAIA Jeddah.
-          Setelah Pesawat diberitahu akan memasuki Saudi Arabia, Jamaah laki-laki melepas pakain yang bertangkup [termasuk melepas Jaket dsb.] yang merupakan larangan Ihram, bagi Jamaah Wanita yang memakai kaos tangan dan cadar harus dilepas.
-          Pada saat Pesawat diperkirakan diatas Qarnul Manazil [kira-kira seperempat jam sebelum pesawat mendarat di KAAIA Jeddah] berniat untuk melaksanakan Umrah diteruskan baca Talbiah.
-          Alternatif pada saat di KAAIA Jeddah.
-          Turun dari Pesawat masuk pada ruang pemeriksaan, jamaah diperiksa satu-persatu Pasport, barang bawaan dll.
-          Selesai pemeriksaan Jamaah keluar dari ruang pemeriksaan, menuju ruang tunggu di Bandara KAAIA Jeddah.
-          Jamaah naik bus masing-masing sesuai rombongannya, dan langsung diberangkatkan menuju Makkah al Mukarramah.
-          Sesampainya di Makkah Al Mukarramah Jamaah dibawa ke Maktab [Pondokan] yang telah ditentukan.
-          Istirahat secukupnya, kemudian menuju Masjidil Haram bersama-sama untuk melaksanakan Umrah.
-          Dst. Seperti Gelombang I [pertama]
Thawaf Wada’ dilaksanakan pada saat Jamaah akan meninggalkan Makkah Al Mukarramah dan diberangkatkan ziarah ke Madinah Al Munawwarah

Pengertian DAM

By Unknown | At 04:01 | Label : , , , | 0 Comments
DAM
Dam menurut bahasa à artinya darah.
Menurut Istilah à  adalah mengalirkan darah [menyembelih hewan ternak yaitu kambing, onta atau sapi ditanah haram dalam rangka memenuhi ketentuan  Manasik Haji atau Umrah].

DAM pada prinsipnya ada 2 [dua] macam :
a. DAM NUSUK à karena aturan ibadah, yaitu hubungannya dengan               cara  pelakasanaan Ibadah Haji, yang dikenakan bagi orang-                 orang yang mengerjakan Haji dengan cara TAMATTU’ atau                         QIRAN.
b. DAM ISA’AH à  karena melanggar aturan, seperti :
1. melanggar larangan IHRAM Haji atau Umrah.
2. meninggalkan Wajib Haji atau Umrah :
 - Tidak berniat Ihram dari MIQAT.
 - Tidak Mabit di Muzdalifah.
 - Tidak Mabit di Mina.
 - Tidak Melontar Jamrah Aqabah dan tidak mewakilkannya bagi yang  Udzur.
- Tidak Melontar Jamarat dihari-dihari Tasyriq dan tidak                   mewakilkannya bagi yang Udzur.
- Tidak Thawaf WADA’ kecuali bagi Wanita yang haidh atau nifas.

Ketentuan mengenai DAM :
فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ
Maka boleh memilih dengan Fidyah, Puasa atau menyebelih binatang ternak.
Adapun pelanggaran yang boleh memilih tersebut adalah :

-          Apa bila melanggar berupa :
1.      mencukur/menggunting atau mencabut rambut.
2.      memotong kuku.
3.      memakai wangi-wangian.
4.      memakai pakaian bertangkup bagi laki-laki.
5.      memakai peci, topi atau sesuatu yang melekat dikepala bagi laki-laki.
6.      menutup muka atau memakai kaos tangan bagi wanita.
7.      memasuki MINA setelah tenggelam Matahari pada hari-hari tasyriq
8.      tidak Mabit di MINA semalam.
à Bisa memilih dengan :
  1. Fidyah dengan bersedekah ½ sha’ [2 mud à 1,4 kg.] dari makanan yang mengenyangkan kepada masing-masing 6 (enam) orang miskin.
  2. Berpuasa 3 [tiga] hari.
  3. Menyembelih seekor kambing.   

-          Apa bila membunuh binatang buruan
Dam/fidyah dengan menyembelih hewan persamaannya, atau bersedekah ditanah haram dengan makanan seharga hewan tsb. atau dengan puasa, adapun bilangan puasanya disesuaikan dengan banyaknya makanan yang mesti disediakan, yaitu satu hari puasa untuk setiap 1 [satu] mud makanan [lebih kurang ¾ kg]

-          Melanggar larangan Ihram dengan bersetubuh [jimak].
Bersetubuh sebelum TAHALLUL AWAL, maka batal Hajinya dan wajib membayar Dam atau kifarat.
    1. Menyembelih seekor unta atau sapi, kalau tidak ada menyembelih 7 ekor kambing, kalau tidak ada bersedekah seharga unta, kalau tidak ada puasa sebanyak hitungan setiap 1 mud sehari.
    2. Menyelesaikan Haji yang batal itu tetap berlaku padanya larangan ihram yang lain.
    3. Wajib Hajinya belum gugur dan diwajibkan mengulang Haji tahun berikutnya.
Bersetubuh setelah TAHALLUL AWAL à tidak batal Hajinya, tapi wajib membayar Dam menyembelih seekor unta atau sapi, jika terjadi yang kedua kalinya maka wajib membayar Dam menyembelih seekor kambing dst. Menurut pendapat yang kuat [qaul yang mu’tamad].

-          Apa bila mengadakan akad nikah pada saat IHRAM, maka nikahnya batal yang bersangkutan tidak terkena dam.

-          Tiga pelanggaran juga tidak terkena dam dan Haji/Umrahnya sah akan tetapi gugur pahalanya yaitu Rafas, Fusuq dan Jidal.

-          Memotong atau mematahkan tumbuh-tumbuhannya ditanah Haram  [sedang Ihram atau tidak]. Para Ulama berbeda pendapat tentang penggantin [denda]nya :
- Imam Malik ; tidak ada pengganti [denda]nya, tetapi berdosa.
- Imam Abu Hanifah ; dikenakan pengganti [denda] hadiyah              seharga pohon yang dipotong tsb.
- Imam ‘Atha ; cukup ber-istighfar [memohon ampun].
- Imam Asy Syafi’i ; untuk yang besar cukup mengganti dengan         hadiyah seekor sapi, sedang yang kecil dengan seekor                                                kambing.
- Ibnu ‘Arabi berkata : bersepakat Para Fuqaha tentang haramnya    memotong pohon ditanah haram, kecuali Imam Asy Syafii             memperbolehkan memotong kayu siwak.
                        [lihat Nailul Authar Bab Shaidul Haram Wa Syajarihi].

Perhatikan :
Bagi laki-laki yang ber Ihram boleh memakai sabuk [ikat pinggang], cincin, jam tangan dan kaca mata [disamakan dengan ikat pinggang dan cincin]. Sebagai dasar Hadits Riwayat Imam Baihaqi dalam Sunan Kubranya ;
قال لا بأس بالهميان والخاتم للمحرم [رواه البيهقى]
“Tidak mengapa bagi orang yg ber Ihram memakai Himyan [ikat pinggang yg dijdikan tempat menyimpan uang] dan cincin”.

CATATAN yang perlu diperhatikan ;

رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ وَالتِّرْمِذِيُّ ) 1944 – ( وَعَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ : حَدَّثْتُ عَنْ مِقْسَمٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ { تُرْفَعُ الْأَيْدِي فِي الصَّلَاةِ ، وَإِذَا رَأَى الْبَيْتَ ، وَعَلَى الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ، وَعَشِيَّةَ عَرَفَةَ ، وَبِجَمْعٍ ، وَعِنْدَ الْجَمْرَتَيْنِ ، وَعَلَى الْمَيِّتِ } ) .
-          ( وَعَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى  رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ وَلَفْظُهُ : إنَّمَا جُعِلَ رَمْيُ الْجِمَارِ وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى ) حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ أَخْرَجَهُ أَيْضًا النَّسَائِيّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ .

-          Diangkatnya kedua tangan ketika dalam Shalat, ketika melihat Ka’bah, dibukit Shafa dan Marwa, ketika Wukuf di Arafah, ketika di Muzdalifah, dan ketika di kedua tempat melontar Jamrah dan ketika Shalat Mayyit.

-          Thawaf di Baitullah [Ka’bah], dan dibukit Shafa dan Marwa, dan saat melontar Jamaraat adalah untuk menegakkan Dzikir kepada Allah.
Posting Lama ►
 

Comment

Copyright © 2012. Manasik Haji dan Umroh - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Bamz