Home » Posts filed under Manasik-Haji
Showing posts with label Manasik-Haji. Show all posts
Showing posts with label Manasik-Haji. Show all posts
Keutamaan Madinah dan Doa Nabi SAW.
KEUTAMAAN
MADINAH DAN DO’A NABI SAW.
حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ رضي
الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ
وَدَعَا لَهَا وَحَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ كَمَا حَرَّمَ إِبْرَاهِيمُ مَكَّةَ وَدَعَوْتُ
لَهَا، فِي مُدِّهَا وَصَاعِهَا، مِثْلَ مَا دَعَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
لِمَكَّةَ - أخرجه
البخاري في: 34 كتاب البيوع
Hadits Abdullah bin Zaid ra. Dari Nabi saw. bersabda :
“Sesungguhnya Ibrahim ra. Mengharamkan Makkah dan berdo’a untuknya, dan aku
[Nabi] mengharamkan Madinah sebagaimna Ibrahim as. Mengharamkan Makkah dan aku
berdo’a untuk Madinah, semoga berkah setiap mud dan sha’nya [takaran &
timbangan] seperti Ibrahim as. Berdo’a untuk Makkah” [dikeluarkan Bukhari Kitab
34 bab buyu’]
حديث أَنَسٍ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ
صلى الله عليه وسلم، قَالَ: اللّهُمَّ اجْعَلْ بِالْمَدِينَةِ ضِعْفَيْ مَا جَعَلْتَ
بِمَكَّةَ مِنَ الْبَرَكَةِ - أخرجه البخاري في: 29 كتاب
فضائل المدينة
Hadits Anas ra. Dari Nabi saw berdo’a : “Ya Allah,
jadikanlah berkah di Madinah dua kali dari Makkah”. [dikeluarkan Bukhari kitab
ke 29 à Keutamaan2 Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلاَئِكَةٌ
لاَ يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلاَ الدَّجَّالُ - أخرجه البخاري في: 29 كتاب فضائل المدينة:
9 باب لا يدخل الدجال المدينة
Hadits dari Abi Hurairah
ra berkata bersabda Rasulullah saw : “Diatas
setiap jalan masuk Madinah ada Malaikat, karena itu wabah tha’un dan dajjal tidak akan
bias masuk ke Madinah”.
[dikeluarkan Bukhari bab ke 29 Kitab Keutamaan Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أُمِرْتُ بِقَرْيَةٍ تَأْكُلُ الْقُرَى،
يَقُولُونَ يَثْرِبُ، وَهِيَ الْمَدِينَةُ تَنْفِي النَّاسَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ
خَبَثَ الْحَدِيدِ - خرجه
البخاري في: 29 كتاب فضائل المدينة: 2 باب فضل المدينة
Hadits dari Abu Hurairah
ra berkata bersabda Rasulullah saw : “Aku
diperintahkan untuk berhijrah [pindah] desa yg mengalah semua desa, orang2
menamakan Yatsrib [nama sebelum diubah oleh Rasul menjadi Madinah] yg dapat
membersihkan ketidak jujuran seseorang seperti api pandai besi yg membersihkan
karat yg ada pada besi”. [dikeluarkan Bukhari kitab ke 29 à Keutamaan2 Madinah]
Keutamaan Masjid Quba
حديث ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ
صلى الله عليه وسلم يَأْتِي قُبَاءً رَاكِبًا وَمَاشِيًا - أخرجه البخاري في: 20 كتاب
فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
Ibnu Umar ra berkata :
Nabi saw selalu pergi kemasjid Quba’
dengan berkendaraan atau berjalan kaki”. [dikeluarkan
Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaanmasjid Makkah & Madinah]
.
Keutamaan Shalat di Masjid Nabawi
KEUTAMAAN SHALAT DI
MASJID NABAWI MADINAH
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه،
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هذَا خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ - أخرجه البخاري في: 20 كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة:
1 باب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
Abu Hurairah ra berkata,
sesungguhnya Nabi saw bersabda : “Shalat
dimasjidku ini lebih baik dari 1000 [seribu] kali shalat dimasjid lainnya,
kecuali Masjidil Haram [Makkah]”. [dikeluarkan
Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaanmasjid Makkah & Madinah]
حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ الْمَازِنِيِّ
رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: مَا بَيْنَ بَيْتِي
وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ - أخرجه البخاري في: 20 كتاب
فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة: 5 باب فضل ما بين القبر والمنبر
Dari Aabdullah bin Zaid
Al-Mazani ra bersabda Rasulullah saw : “Diantara
rumahku dan mimbarku adalah salah satu kebun dari kebun2 surga”. [dikeluarkan Bukhari
bab ke 20 Kitab Keutamaan Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صلى الله عليه وسلم، قَالَ: مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ
الْجَنَّةِ، وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي - أخرجه البخاري في: 20 كتاب
فضل الصلاة في مسجد مكة والمدين
Abu Hurairah ra berkata,
sesungguhnya Nabi saw bersabda : “Diantara
rumahku dan mimbarku adalah salah satu kebun dari kebun2 surga, sedang mimbarku
terletak diatas telagaku”. [dikeluarkan
Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaan Madinah]
Pelaksanaan Ibadah Haji Secara Qiran
Gelombang
I [Pertama]
Miqat
Makani dari Dzul Hulaifah [Bir Ali]
-
Setelah
Jamaah menyelesaikan Paket Arbain [Shalat 40 Waktu di Masjid Nabawi].
-
Jamaah
Mandi Ihram dari Pondokan dan memakai Pakain Ihram, kemudian diberangkatkan
menuju Masjid Dzul Hulaifah [Bir Ali] sekitar 14 km. dari Kota Madinah.
-
Jamaah
turun dari bus menuju Masjid, kemudian melaksanakan Shalat Sunnah Tahiyyatal
Masjid dan Shalat Sunnah Ihram, atau dilaksanakan bersama-sama. [Rakaat 1 Al
Kaafirun dan 2 Al Ikhlas].
-
Menuju
bus dan Niat Ihram Haji dan Umrah sekaligus, diteruskan baca Talbiyah dan juga
selama perjalanan menuju Makkah Al Mukarramah.
-
Setelah
niat tsb. berlaku semua larangan Ihram.
-
Sampai
di Makkah, bus menuju Maktab [Pondokan] sesuai Maktab [Pondokan] yang telah
ditentukan.
-
Jamaah
menuju kamar-kamar masing-2, merapikan barang bawaan, Istirahat secukupnya.
-
Jamaah
menuju Masjidil Haram ber-sama-sama regu/rombongan masing-2, masuk Masjidil
Haram [do’a], melihat Ka’bah [do’a], mencari Sudut Hajar Aswad, arah sebelah
tenggara ditandai dengan lampu hijau.
-
Jamaah
melaksanakan Thawaf Qudum 7 [tujuh] kali
putaran dimulai dan berakhir di Sudut [Rukun] Hajar Aswad, kemudian menuju
Multazam berdo’a, kemudian Shalat Sunnah Thawaf sebanyak 2 [dua] raka’at [baca
Al Kafirun rakaat pertama dan Al Ikhlas rakaat kedua], minum Air Zam-zam.
-
Boleh
diteruskan dengan Sa’i.
-
Menuju
Mas’a [tempat Sa’i] langsung kebukit Shafa untuk memulai Sa’i.
-
Dilaksanakan
7 [tujuh] kali putaran dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa
[dari bukit Shafa sampai dibukit Marwa dihitung satu putaran dan sebaliknya].
-
Kembali
ke Maktab [Pondokan] tetap berpakaian Ihram [masih berlaku semua larangan Ihram
menunggu pelaksanaan Ibadah Haji.
-
Tgl. 8
Dzul Hijjah Jamaah diberangkatkan ke Arafah. [tidak usah niat lagi]
-
Jamaah
diberngakatkan ke Arafah dengan bus, memperbanyak baca Talbiyah.
-
Di
Arafah menanti pelaksanaan Wukuf, memperbanyak baca Talbiah, do’a dan dzikir di
Arafah tersebut.
-
Tanggal
9 Dzul Hijjah Ba’da zawal [waktu dhuhur] pelaksanaan Wukuf, mendengarkan
Khutbah Wukuf diteruskan Shalat Jama’ Qasar Taqdim [Dhuhur dan Asar] berjama’ah.
-
Dzikir
Wukuf, sampai tenggelamnya Matahari [masuk Waktu Maghrib].
-
Shalat
Maghrib dan Isya’ jamak qasar taqdim.
-
Jamaah
mulai diberangkatkan ke Muzdalifah naik bus secara bergiliran dan diturunkan di
Muzdalifah untuk Mabit [bermalam] dengan memperbanyak baca Talbiyah, dzikir,
do’a karena tempat ini yang disebut Mas’aril Haram.
-
Selanjutnya
disunnahkan mengambil kerikil secukupnya untuk melontar Jamrah Aqabah.
-
Setelah
lewat pertengahan malam Jamaah diberangkatkan naik bus secara bergiliran ke Mina.
-
Jamaah
[10 Dzul Hijjah] bersiap-siap dari kemah Mina untuk melaksanakan lontar Jamrah
Aqabah ditempat Jamarat [sebaiknya sesuai dengan jadwal waktu yang telah
diberikan untuk Jamaah Asia Tenggara termasuk Indonesia].
-
Sesampai
di Jamarat, jama’ah melaksanakan melontar Jamrah Aqabah [Kubra] Jamrah yang
paling barat, dengan posisi sebelah kiri arah Makkah dan sebelah kanan arah
Mina, dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-
Selesai
melontar Jamrah Aqabah [Kubra], Jama’ah mencukur atau menggunting rambut kepala
sedikitnya 3 [tiga] lembar.
-
Jamaah
selesai menggunting atau mencukur rambut kepala, maka sudah dalam keadaan
Tahallul Awal, sudah lepas dari larangan Ihram kecuali bersetubuh [hubungan
intim antara suami isteri].
-
Jamaah
laki-laki boleh memakai pakaian biasa, untuk Jamaah perempuan tetap berpakain
yang menutup aurat perempuan, tetapi boleh memakai sarung tangan dan cadar.
-
Jamaah
kembali kekemah untuk mabit [bermalam] di Mina 11 Dzul Hijjah, dan kembali
siangnya pergi Jamarat, untuk melontar 3 [tiga] Jamrah; Jamrah Ula [Shugra],
Jamrah Wushtha dan Jamrah Aqabah [Kubra], masing-masing dengan 7 [tujuh] kali
lontaran.
-
Jamaah
kembali kekemah di Mina untuk mabit [bermalam] 12 Dzul Hijjah, siangnya keJamarat
untuk melaontar 3 [tiga] jamrah; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan Aqabah
[Kubra] masing-masing dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-
Setelah
selesai melontar 3 [tiga] jamrah tsb. boleh meninggalkan Mina kembali ke Makkah
sebelum tenggelamnya matahari, maka disebut NAFAR AWAL.
-
Bagi
Jamaah yang tetap di kemah Mina untuk mabit [bermalam] 13 Dzul Hijjah. Dan
siangnya melontar 3 [tiga] jamrah ; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan Aqabah
[Kubra] masing-masing 7 [tujuh] kali lontaran, selesai kemudian kembali ke
Makkah disebut dengan NAFAR TSANI.
Jammah di Maktab
[pondokan] Makkah istirahat secukupnya, kemudian melaksanakan Thawaf Ifadhah
atau Thawaf Rukun dan diteruskan dengan Sa’i. [caranya sama pada saat Thawah
Qudum]Pelaksanaan Ibadah Haji Secara Tamattu'
Gelombang
I [Pertama]
-
Jamaah
dari rumah à menuju Asrama Haji dan di Asrama
Haji selama maksimal 24 jam, dengan beberapa kegiatan :
1. Pemeriksaan kesehatan,
2. Menerima pembagian tempat selama di
Asrama tsb. dan kartu makan,
3. menerima Pasport, gelang identitas
dan uang leaving cost sebesar 1500 real.
4. istirahat di asrama, menunggu jadual
pemberangkatan.
5. diberangkatkan dari Asrama menuju
Embarkasi untuk terbang menuju Saudi Arabia dengan naik Pesawat dengan catatan,
jika naik pesawat GIA turun ke KAAIA Jeddah, jika naik pesawat Saudia langsung
di Bandara Madinah.
-
Jamaah
dari Asrama Haji menuju Bandara dengan memakai pakaian biasa [pakaian Ihram ada
di Tas Koper].
o
Jamaah
dari Bandara naik Pesawat menuju [Saudi Arabia] dengan catatan : jika naik
pesawat GIA turun ke KAAIA Jeddah, jika naik pesawat Saudia langsung di Bandara
Madinah.
-
Turun
dari Pesawat masuk pada ruang pemeriksaan, jamaah diperiksa satu-persatu
Pasport, barang bawaan dll.
-
Selesai
pemeriksaan jika naik pesawat Saudia, keluar dari ruang pemeriksaan menuju
ruang tunggu di Bandara Madinah, kemudian naik bus sesuai rombongan
masing-masing menuju Hotel [tempat pemondokan] selama kegiatan ] di Madinatul
al- Munawwarah yg diatur oleh Majmu’ah..
-
Selesai
pemeriksaan Jamaah keluar dari ruang pemeriksaan, menuju ruang tunggu di
Bandara KAAIA Jeddah.
-
Jamaah
naik bus masing-masing sesuai rombongannya,dan langsung diberangkatkan menuju
Madinah al Munawwarah.
-
Sampai
di Madinah al Munawwarah jamaah ditempatkan di Hotel [tempat pondokan] masing-masing
yang diatur oleh Majmu’ah.
-
Dipemondokan
[Hotel] Madinah al Munawwarah selama 8 [delapan] hari untuk melaksanakan paket
Arbai’in [Shalat 40 waktu] di Masjid Nabawi dan ziarah ditempat bersejarah.
Miqat
Makani dari Dzul Hulaifah [Bir Ali]
-
Setelah
Jamaah menyelesaikan Paket Arbain [Shalat 40 Waktu di Masjid Nabawi].
-
Jamaah
Mandi Ihram dari Pondokan dan memakai Pakain Ihram, kemudian diberangkatkan
menuju Masjid Dzul Hulaifah [Bir Ali] sekitar 14 km. dari Kota Madinah.
-
Jamaah
turun dari bus menuju Masjid, kemudian melaksanakan Shalat Sunnah Tahiyyatal
Masjid dan Shalat Sunnah Ihram, atau dilaksanakan ber-sama-sama. [Rakaat 1 Al
Kaafirun dan 2 Al Ikhlas].
-
Menuju
bus dan Niat Ihram Umrah dipandu oleh Karom masing-2. diteruskan baca Talbiyah
dan juga selama perjalanan menuju Makkah Al Mukarramah. à
-
بسم الله الرحمن الرحيم، نريت العمرة
واحرمت بها لله تعالى [لبيك اللهم عمرة]
-
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ
لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ
وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
-
Setelah
niat Umrah tsb. berlaku semua larangan Ihram.
-
Sampai
di Makkah Al Mukarramah, bus menuju Maktab [Pondokan] sesuai Maktab [Pondokan]
yang telah ditentukan.
-
Jamaah
menuju kamar masing-2, merapikan barang bawaan, Istirahat secukupnya.
-
Jamaah
menuju Masjidil Haram ber-sama-sama regu/rombongan masing-2, menuju dan masuk
Masjidil Haram [do’a], melihat Ka’bah [do’a], mencari Sudut Hajar Aswad, arah sebelah
tenggara ditandai dengan lampu hijau.
-
Jamaah
melaksanakan Thawaf Umrah 7 [tujuh] kali putaran dimulai dan berakhir di Sudut
[Rukun] Hajar Aswad, kemudian menuju Multazam berdo’a, Shalat Sunnah Thawaf
sebanyak 2 [dua] raka’at [baca Al Kafirun rakaat pertama dan Al Ikhlas rakaat
kedua], minum Air Zam-zam.
-
Menuju
Mas’a langsung kebukit Shafa untuk memulai Sa’i.
-
Dilaksanakan
7 [tujuh] kali putaran dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa
[dari bukit Shafa sampai dibukit Marwa dihitung satu putaran dan sebaliknya].
-
Selesai
Sa’i dibukit Marwa menggunting rambut kepala, mimimal 3 [tiga] helai.
-
Kemudian
Tahallul Umrah [bebas dari larangan Ihram] kembali ke Maktab [Pondokan].
-
Sudah
diperbolehkan [waktu awal] membayar Dam NUSUK [berupa menyembelih seekor
kambing]setelah selesai Umrah tsb., waktu yang utama pada Hari Nahar [10 Dzul
Hijjah] atau juga dapat dilaksanakan setelah selesai melaksanakan Ibadah Haji.
-
Jamaah
di Makkah Al Mukarramah dianjurkan memperbanyak beribadah di Masjidil Haram
[Shalat, Thawaf, baca Al Qur’an dsb.]
-
Tanggal
8 Dzul Hijjah dimulai pelaksanaan Ibadah Haji.
-
Jamaah
mandi Ihram, shalat sunnah Ihram di Maktab [Pondokan] masing-2, kemudian turun
dari Maktab [Pondokan], niat untuk Ihram Haji dipandu oleh Karom masing-2
dilanjutkan baca Talbiyah.
-
Jamaah
diberngakatkan ke Arafah dengan bus, memperbanyak baca Talbiyah.
-
Di
Arafah menanti pelaksanaan Wukuf, memperbanyak dzikir, talbiyah, baca Al Qur’an dan do’a di Arafah tersebut.
-
Tanggal
9 Dzul Hijjah Ba’da zawal [waktu dhuhur] pelaksanaan Wukuf, mendengarkan
Khutbah Wukuf diteruskan Shalat Jama’ Qasar Taqdim [Dhuhur dan Asar] berjamaah.
-
Dzikir
Wukuf, sampai tenggelamnya Matahari [masuk Waktu Maghrib].
-
Diperbolehkan
Shalat Maghrib dan Isya’ jamak qasar taqdim, [utamanya jamak qasar ta’khir di
Muzdalifah].
-
Jamaah
mulai diberangkatkan ke Muzdalifah naik bus secara bergiliran dan diturunkan di
Muzdalifah untuk Mabit [bermalam] Shalat Maghrib dan Isya’ jamak qasar Ta’khir
[apabila belum melaksanakan Shalat Jama’ Taqdim di Arafah] dan memperbanyak
talbiyah, dzikir dan do’a, karena tempat ini yang disebut Mas’aril Haram.
-
Selanjutnya
disunnahkan mengambil kerikil secukupnya untuk melontar Jamrah Aqabah.
-
Setelah
lewat pertengahan malam Jama’ah diberangkatkan naik bus secara bergiliran ke
Mina.
-
Jamaah
[10 Dzul Hijjah] bersiap-siap dari kemah Mina untuk melaksanakan lontar Jamrah
Aqabah ditempat Jamarat [sebaiknya sesuai dengan jadwal waktu yang telah
diberikan untuk Jamaah Asia Tenggara termasuk Indonesia].
-
Sesampai
di Jamarat, jamaah melaksanakan melontar Jamrah Aqabah [Kubra] Jamrah yang
paling barat, dengan posisi sebelah kiri arah Makkah dan sebelah kanan arah
Mina, dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-
Selesai
melontar Jamrah Aqabah [Kubra], Jamaah mencukur atau menggunting rambut kepala
sedikitnya 3 [tiga] lembar.
-
Jamaah
selesai menggunting atau mencukur rambut kepala, maka sudah dalam keadaan
Tahallul Awal, lepas dari larangan Ihram kecuali bersetubuh [hubungan intim
antara suami isteri].
-
Jamaah
laki-laki boleh memakai pakaian biasa, untuk Jamaah perempuan tetap berpakain
yang menutup aurat perempuan, tetapi boleh memakai sarung tangan dan cadar.
-
Jamaah
kembali kekemah untuk mabit [bermalam] di Mina 11 Dzul Hijjah, dan kembali
siangnya pergi ke Jamarat, untuk melontar 3 [tiga] Jamrah Ula [Shugra], Jamrah
Wushtha dan Jamrah Aqabah [Kubra], masing-masing dengan 7 [tujuh] kali
lontaran.
-
Jamaah
kembali kekemah di Mina untuk mabit [bermalam] 12 Dzul Hijjah, siangnya
kejamarat untuk melaontar 3 [tiga] jamrah; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan
Aqabah [Kubra] masing-masing dengan 7 [tujuh] kali lontaran.
-
Setelah
selesai melontar 3 [tiga] jamrah tsb. boleh meninggalkan Mina kembali ke Makkah
sebelum terbenamnya matahari, maka disebut NAFAR AWAL.
-
Bagi
Jamaah yang tetap di kemah Mina untuk mabit [bermalam] 13 Dzul Hijjah. Dan
siangnya melontar 3 [tiga] jamrah ; Jamrah Ula [Shughra], Wushtha dan Aqabah
[Kubra] masing-masing 7 [tujuh] kali lontaran, selesai kemudian kembali ke
Makkah disebut dengan NAFAR TSANI.
-
Jamaah
di Maktab [pondokan] Makkah istirahat secukupnya, kemudian melaksanakan Thawaf
Ifadhah atau Thawaf Rukun dan diteruskan dengan Sa’i. [caranya sama pada saat
Thawah dan Sa’i Umrah].
-
Jamaah
selesai melaksanakan rangkain kegiatan Ibadah Haji disebut dengan Tahallul
Tsani. Bebas dari semua larangan, termasuk bersetubuh [hubungan intim antara
suami isteri].
-
Menunggu
kepulangan ke Tanah Air, memperbanyak Ibadah di Masjidil Haram [Shalat Jama’ah,
Shalat Sunnah, baca Al Qur’an dan Dzikir].
-
Melaksanakan
Thawaf Wada’ ; Wada’ artinya Pamitan, saat akan meninggalkan Makkah Al
Mukarramah 7 [tujuh] kali putaran, setelah selesai dilanjutkan Shalat Sunnah
Thawaf dibelakang Maqam Ibrahim, do’a di Multazam kalau memungkinkan, kemudian
meninggalkan Masjidil Haram tanpa Sa’i.
-
Bagi
Wanita yang Haidl atau Nifas, cukup berdo’a disalah satu pintu Masjidil Haram,
sebagai pengganti Thawaf Wada’.
Untuk Gelombang II [dua] :
-
Mandi
Ihram di Embarkasi [Donohudan], memakai pakaian Ihram dan Shalat Sunnah Ihram.
- Jamaah
diberangkatkan menuju Bandara [Adi Sumarmo Solo], Jamaah lak-laki; walaupun
memakai pakaian Ihram, masih diperkenankan memakai Jaket atau yang lainnya
untuk menjaga dinginnya dipesawat.
-
Jamaah
dari Bandara [Adi Sumarmo] naik Pesawat diberangkatkan menuju Bandara KAAIA
Jeddah.
-
Setelah
Pesawat diberitahu akan memasuki Saudi Arabia, Jamaah laki-laki melepas pakain
yang bertangkup [termasuk melepas Jaket dsb.] yang merupakan larangan Ihram,
bagi Jamaah Wanita yang memakai kaos tangan dan cadar harus dilepas.
-
Pada
saat Pesawat diperkirakan diatas Qarnul Manazil [kira-kira seperempat jam
sebelum pesawat mendarat di KAAIA Jeddah] berniat untuk melaksanakan Umrah
diteruskan baca Talbiah.
-
Alternatif
pada saat di KAAIA Jeddah.
-
Turun
dari Pesawat masuk pada ruang pemeriksaan, jamaah diperiksa satu-persatu
Pasport, barang bawaan dll.
-
Selesai
pemeriksaan Jamaah keluar dari ruang pemeriksaan, menuju ruang tunggu di
Bandara KAAIA Jeddah.
-
Jamaah
naik bus masing-masing sesuai rombongannya, dan langsung diberangkatkan menuju
Makkah al Mukarramah.
-
Sesampainya
di Makkah Al Mukarramah Jamaah dibawa ke Maktab [Pondokan] yang telah
ditentukan.
-
Istirahat
secukupnya, kemudian menuju Masjidil Haram bersama-sama untuk melaksanakan
Umrah.
-
Dst.
Seperti Gelombang I [pertama]
Thawaf Wada’
dilaksanakan pada saat Jamaah akan meninggalkan Makkah Al Mukarramah dan
diberangkatkan ziarah ke Madinah Al MunawwarahDoa Melihat Ka'bah
Do’a melihat Ka’bah :
اللَّهُمَّ
زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَمَهَابَةً ، وَزِدْ
منْ شَرفه وَكَرمه
مِمَّنْ
حَجَّهُ وَاعْتَمَرَهُ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَبِرًّا
Allahumma zid haadzal baita tasyriifan wata’dziiman watakriiman wamahaabatan wazid man syarroffahu wa karramahu mimman hajjahu awi’tamarahu tasyriifan wata’dzhiiman watakriiman wabirran.
Ya Allah, tambahkan lah kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kehebatan pada Baitullah ini dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, menghormati dan mengagungkannya diantara mereka yang berhaji atau yang berumroh padanya dengan kemuliaan, kehormatan, kebesaran dan kebaikan.
Do’a masuk Masjidil Haram
Do’a masuk
Masjidil Haram ;
اللهم
انت السلام ومنك السلام واليك يعودالسلام فحينا ربنا بالسلام وادخلنالجنة دارالسلام تباركت ربنا
وتعاليت يا ذاالجلال والاكرام اللهم افتح
لي ابواب رحمتك بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Atau membaca do’a dibawah ini, dan
juga berlaku masuk masjid mana saja :
بسم الله والصلاة والسلام على
رسول الله،
اعوذ بالله العظيم وبوجهه الكريم وسلطانه القديم
من الشيطان الرجيم،
اللهم افتح لي ابواب رحمتك
Pengertian DAM
Dam
menurut bahasa à artinya darah.
Menurut
Istilah à adalah
mengalirkan darah [menyembelih hewan ternak yaitu kambing, onta atau sapi
ditanah haram dalam rangka memenuhi ketentuan Manasik Haji atau Umrah].
DAM
pada prinsipnya ada 2 [dua] macam :
a.
DAM NUSUK à karena aturan ibadah, yaitu hubungannya dengan cara pelakasanaan Ibadah Haji, yang dikenakan bagi
orang-
orang yang mengerjakan Haji dengan
cara TAMATTU’ atau QIRAN.
b.
DAM ISA’AH à karena melanggar
aturan, seperti :
1.
melanggar larangan IHRAM Haji atau Umrah.
2.
meninggalkan Wajib Haji atau Umrah :
- Tidak berniat Ihram dari MIQAT.
- Tidak Mabit di Muzdalifah.
- Tidak Mabit di Mina.
- Tidak Melontar Jamrah
Aqabah dan tidak mewakilkannya bagi yang
Udzur.
- Tidak
Melontar Jamarat dihari-dihari Tasyriq dan tidak mewakilkannya bagi
yang Udzur.
-
Tidak Thawaf WADA’ kecuali bagi Wanita yang haidh atau nifas.
Ketentuan
mengenai DAM :
فَفِدْيَةٌ
مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ
Maka
boleh memilih dengan Fidyah, Puasa atau menyebelih binatang ternak.
Adapun
pelanggaran yang boleh memilih tersebut adalah :
-
Apa bila melanggar berupa :
1. mencukur/menggunting atau mencabut rambut.
2. memotong kuku.
3. memakai wangi-wangian.
4. memakai pakaian bertangkup bagi laki-laki.
5. memakai peci, topi atau sesuatu yang melekat dikepala
bagi laki-laki.
6. menutup muka atau memakai kaos tangan bagi wanita.
7. memasuki MINA setelah tenggelam Matahari pada hari-hari
tasyriq
8. tidak Mabit di MINA semalam.
à Bisa memilih dengan :
- Fidyah dengan
bersedekah ½ sha’ [2 mud à 1,4 kg.] dari makanan yang mengenyangkan
kepada masing-masing 6 (enam) orang miskin.
- Berpuasa 3 [tiga] hari.
- Menyembelih seekor
kambing.
-
Apa bila membunuh binatang
buruan
Dam/fidyah dengan menyembelih hewan persamaannya, atau
bersedekah ditanah haram dengan makanan seharga hewan tsb. atau dengan puasa,
adapun bilangan puasanya disesuaikan dengan banyaknya makanan yang mesti
disediakan, yaitu satu hari puasa untuk setiap 1 [satu] mud makanan [lebih
kurang ¾ kg]
-
Melanggar larangan Ihram
dengan bersetubuh [jimak].
Bersetubuh sebelum TAHALLUL AWAL, maka batal Hajinya dan
wajib membayar Dam atau kifarat.
- Menyembelih seekor
unta atau sapi, kalau tidak ada menyembelih 7 ekor kambing, kalau tidak
ada bersedekah seharga unta, kalau tidak ada puasa sebanyak hitungan
setiap 1 mud sehari.
- Menyelesaikan Haji
yang batal itu tetap berlaku padanya larangan ihram yang lain.
- Wajib Hajinya belum gugur
dan diwajibkan mengulang Haji tahun berikutnya.
Bersetubuh
setelah TAHALLUL AWAL à tidak batal Hajinya, tapi wajib membayar Dam menyembelih
seekor unta atau sapi, jika terjadi yang kedua kalinya maka wajib membayar Dam
menyembelih seekor kambing dst. Menurut pendapat yang kuat [qaul yang mu’tamad].
-
Apa bila mengadakan akad
nikah pada saat IHRAM, maka nikahnya batal yang bersangkutan tidak terkena dam.
-
Tiga pelanggaran juga tidak
terkena dam dan Haji/Umrahnya sah akan tetapi gugur pahalanya yaitu Rafas,
Fusuq dan Jidal.
-
Memotong atau mematahkan
tumbuh-tumbuhannya ditanah Haram [sedang
Ihram atau tidak]. Para Ulama berbeda pendapat tentang penggantin [denda]nya :
-
Imam Malik ; tidak ada pengganti [denda]nya, tetapi berdosa.
- Imam Abu Hanifah ; dikenakan
pengganti [denda] hadiyah seharga pohon yang dipotong tsb.
-
Imam ‘Atha ; cukup ber-istighfar [memohon ampun].
-
Imam Asy Syafi’i ; untuk yang besar cukup mengganti dengan hadiyah seekor sapi, sedang yang kecil
dengan seekor kambing.
- Ibnu
‘Arabi berkata : bersepakat Para Fuqaha tentang haramnya memotong
pohon ditanah haram, kecuali Imam Asy Syafii memperbolehkan memotong kayu siwak.
[lihat Nailul Authar Bab
Shaidul Haram Wa Syajarihi].
Perhatikan
:
Bagi laki-laki yang ber Ihram boleh memakai sabuk [ikat
pinggang], cincin, jam tangan dan kaca mata [disamakan dengan ikat pinggang dan
cincin]. Sebagai dasar Hadits Riwayat Imam Baihaqi dalam Sunan Kubranya ;
قال لا بأس
بالهميان والخاتم للمحرم [رواه البيهقى]
“Tidak
mengapa bagi orang yg ber Ihram memakai Himyan [ikat pinggang yg dijdikan
tempat menyimpan uang] dan cincin”.
CATATAN
yang perlu diperhatikan ;
رَوَاهُ
أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ وَالتِّرْمِذِيُّ ) 1944 – ( وَعَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ
قَالَ : حَدَّثْتُ عَنْ مِقْسَمٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ { تُرْفَعُ الْأَيْدِي فِي الصَّلَاةِ ، وَإِذَا
رَأَى الْبَيْتَ ، وَعَلَى الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ، وَعَشِيَّةَ عَرَفَةَ ،
وَبِجَمْعٍ ، وَعِنْدَ الْجَمْرَتَيْنِ ، وَعَلَى الْمَيِّتِ } ) .
-
( وَعَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ
الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى
رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ وَلَفْظُهُ
: إنَّمَا جُعِلَ رَمْيُ الْجِمَارِ وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ
لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى ) حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ
أَخْرَجَهُ أَيْضًا النَّسَائِيّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ .
-
Diangkatnya
kedua tangan ketika dalam Shalat, ketika melihat Ka’bah, dibukit Shafa dan
Marwa, ketika Wukuf di Arafah, ketika di Muzdalifah, dan ketika di kedua tempat
melontar Jamrah dan ketika Shalat Mayyit.
-
Thawaf
di Baitullah [Ka’bah], dan dibukit Shafa dan Marwa, dan saat melontar Jamaraat
adalah untuk menegakkan Dzikir kepada Allah.
Subscribe to:
Posts (Atom)