Home » Posts filed under Info-Umroh
Showing posts with label Info-Umroh. Show all posts
Showing posts with label Info-Umroh. Show all posts
Pelaksanaan Ibadah “UMRAH” Miqat Makani dari Dzul Hulaifah [Bir Ali]
Miqat Makani dari Dzul
Hulaifah [Bir Ali]
-
Setelah Jamaah Umrah menyelesaikan Paket di Madinah.
-
Jamaah Mandi Ihram dari Hotel dan memakai Pakain Ihram,
kemudian diberangkatkan menuju
Masjid Dzul Hulaifah [Bir Ali] sekitar 15 km.
dari Kota Madinah.
-
Jamaah turun dari bus menuju Masjid, kemudian
melaksanakan Shalat Sunnah Tahiyyatal Masjid dan Shalat Sunnah Ihram, atau
dilaksanakan ber-sama-sama. [Rakaat 1 Al Kaafirun dan 2 Al Ikhlas].
-
Menuju bus dan Niat Ihram Umrah dipandu oleh Karom
masing-2. diteruskan baca Talbiyah dan juga selama perjalanan menuju Makkah Al
Mukarramah. à
-
بسم الله الرحمن
الرحيم، نريت العمرة واحرمت بها لله تعالى [لبيك اللهم عمرة]
-
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا
شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ
لَكَ
-
Setelah niat
Umrah tsb. berlaku semua larangan Ihram.
-
Sampai di Makkah Al Mukarramah, bus menuju Hotel.
-
Jamaah menuju kamar masing-2, merapikan barang bawaan,
Istirahat secukupnya.
-
Jamaah menuju Masjidil Haram ber-sama-sama rombongan
dipandu oleh Pembimbing dan Muthowwif atau gaet, menuju dan masuk Masjidil
Haram [do’a], melihat Ka’bah [do’a], mencari Sudut Hajar Aswad, arah sebelah
tenggara ditandai dengan lampu hijau.
-
Jamaah melaksanakan Thawaf Umrah 7 [tujuh] kali putaran
dimulai dan berakhir di Sudut [Rukun] Hajar Aswad, kemudian menuju Multazam
berdo’a, Shalat Sunnah Thawaf sebanyak 2 [dua] raka’at [baca Al Kafirun rakaat
pertama dan Al Ikhlas rakaat kedua], minum Air Zam-zam.
-
Menuju Mas’a langsung kebukit Shafa untuk memulai Sa’i.
-
Dilaksanakan 7 [tujuh] kali putaran dimulai dari bukit
Shafa dan berakhir di bukit Marwa [dari bukit Shafa sampai dibukit Marwa
dihitung satu putaran dan sebaliknya].
-
Selesai Sa’i dibukit Marwa menggunting rambut kepala,
mimimal 3 [tiga] helai.
-
Kemudian Tahallul Umrah [bebas dari larangan Ihram]
kembali ke Hotel
-
Memperbanyak Ibadah di Masjidil Haram dan jangan lupa,
masuk Masjidil Haram berdo’a, melihat Ka’bah berdo’a dan usahakan memperbanyak
Thawaf Sunnah. [caranya sama dg thawaf pada saat Umrah] Cuma pakaian bebas.
-
Biasanya ada Paket Umroh yg kedua ambil Miqat
diantaranya [Tan’im, Jikronah atau Hudaibiyah]
-
Thawaf Wada’ [Thawaf Pamitan} sebelum cek out dari
Hotel menuju Bandara Jeddah kepulangan ke Indonesia..
Keutamaan Madinah dan Doa Nabi SAW.
KEUTAMAAN
MADINAH DAN DO’A NABI SAW.
حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ رضي
الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ
وَدَعَا لَهَا وَحَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ كَمَا حَرَّمَ إِبْرَاهِيمُ مَكَّةَ وَدَعَوْتُ
لَهَا، فِي مُدِّهَا وَصَاعِهَا، مِثْلَ مَا دَعَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
لِمَكَّةَ - أخرجه
البخاري في: 34 كتاب البيوع
Hadits Abdullah bin Zaid ra. Dari Nabi saw. bersabda :
“Sesungguhnya Ibrahim ra. Mengharamkan Makkah dan berdo’a untuknya, dan aku
[Nabi] mengharamkan Madinah sebagaimna Ibrahim as. Mengharamkan Makkah dan aku
berdo’a untuk Madinah, semoga berkah setiap mud dan sha’nya [takaran &
timbangan] seperti Ibrahim as. Berdo’a untuk Makkah” [dikeluarkan Bukhari Kitab
34 bab buyu’]
حديث أَنَسٍ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ
صلى الله عليه وسلم، قَالَ: اللّهُمَّ اجْعَلْ بِالْمَدِينَةِ ضِعْفَيْ مَا جَعَلْتَ
بِمَكَّةَ مِنَ الْبَرَكَةِ - أخرجه البخاري في: 29 كتاب
فضائل المدينة
Hadits Anas ra. Dari Nabi saw berdo’a : “Ya Allah,
jadikanlah berkah di Madinah dua kali dari Makkah”. [dikeluarkan Bukhari kitab
ke 29 à Keutamaan2 Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلاَئِكَةٌ
لاَ يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلاَ الدَّجَّالُ - أخرجه البخاري في: 29 كتاب فضائل المدينة:
9 باب لا يدخل الدجال المدينة
Hadits dari Abi Hurairah
ra berkata bersabda Rasulullah saw : “Diatas
setiap jalan masuk Madinah ada Malaikat, karena itu wabah tha’un dan dajjal tidak akan
bias masuk ke Madinah”.
[dikeluarkan Bukhari bab ke 29 Kitab Keutamaan Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أُمِرْتُ بِقَرْيَةٍ تَأْكُلُ الْقُرَى،
يَقُولُونَ يَثْرِبُ، وَهِيَ الْمَدِينَةُ تَنْفِي النَّاسَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ
خَبَثَ الْحَدِيدِ - خرجه
البخاري في: 29 كتاب فضائل المدينة: 2 باب فضل المدينة
Hadits dari Abu Hurairah
ra berkata bersabda Rasulullah saw : “Aku
diperintahkan untuk berhijrah [pindah] desa yg mengalah semua desa, orang2
menamakan Yatsrib [nama sebelum diubah oleh Rasul menjadi Madinah] yg dapat
membersihkan ketidak jujuran seseorang seperti api pandai besi yg membersihkan
karat yg ada pada besi”. [dikeluarkan Bukhari kitab ke 29 à Keutamaan2 Madinah]
Keutamaan Masjid Quba
حديث ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ
صلى الله عليه وسلم يَأْتِي قُبَاءً رَاكِبًا وَمَاشِيًا - أخرجه البخاري في: 20 كتاب
فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
Ibnu Umar ra berkata :
Nabi saw selalu pergi kemasjid Quba’
dengan berkendaraan atau berjalan kaki”. [dikeluarkan
Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaanmasjid Makkah & Madinah]
.
Keutamaan Shalat di Masjid Nabawi
KEUTAMAAN SHALAT DI
MASJID NABAWI MADINAH
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه،
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هذَا خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ - أخرجه البخاري في: 20 كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة:
1 باب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
Abu Hurairah ra berkata,
sesungguhnya Nabi saw bersabda : “Shalat
dimasjidku ini lebih baik dari 1000 [seribu] kali shalat dimasjid lainnya,
kecuali Masjidil Haram [Makkah]”. [dikeluarkan
Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaanmasjid Makkah & Madinah]
حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ الْمَازِنِيِّ
رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: مَا بَيْنَ بَيْتِي
وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ - أخرجه البخاري في: 20 كتاب
فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة: 5 باب فضل ما بين القبر والمنبر
Dari Aabdullah bin Zaid
Al-Mazani ra bersabda Rasulullah saw : “Diantara
rumahku dan mimbarku adalah salah satu kebun dari kebun2 surga”. [dikeluarkan Bukhari
bab ke 20 Kitab Keutamaan Madinah]
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صلى الله عليه وسلم، قَالَ: مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ
الْجَنَّةِ، وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي - أخرجه البخاري في: 20 كتاب
فضل الصلاة في مسجد مكة والمدين
Abu Hurairah ra berkata,
sesungguhnya Nabi saw bersabda : “Diantara
rumahku dan mimbarku adalah salah satu kebun dari kebun2 surga, sedang mimbarku
terletak diatas telagaku”. [dikeluarkan
Bukhari bab ke 20 Kitab Keutamaan Madinah]
Pengertian Umroh
Pengertian Umroh
Umroh adalah mengunjungi Ka'bah (biatullah) untuk melaksanakan serangkaian kegiatan
ibadah ( thawaf, sa'i, tahallul ) dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an maupun sunnah Rasulillah SAW.
-SYARAT-SYARAT UMROH:
1. islam
2. baligh/dewasa
3. berakal sehat
4. merdeka
5. mampu
ibadah ( thawaf, sa'i, tahallul ) dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an maupun sunnah Rasulillah SAW.
Macam-macam Umrah ;
1.
Umratul
Islam adalah Umrah yg pertama kali dikerjakan oleh seseorang yg merupakan Umrah
wajib seumur hidup hanya sekali sebagaimana wajibnya Haji.
2.
Umrah Nadzar
adalah yg harus dikerjakan seseorang karena bernadzar untuk Umrah, walaupun
sudah berkali-kali melaksanakan Umrah. Umrah Nadzar ini hukumnya wajib.
3.
Umrah Sunnah
atau Umrah Tathawwau’, adalah Umrah yg dikerjakan setelah Umratul Islam, Umrah
yg kedua, ketiga dst.
4.
Badal Umrah
atau Umrah Amanah, adalah seseorang yg mengerjakan Umrah untuk orang lain yg
sudah meninggal, syaratnya yg mengerjakannya harus sudah melaksanakan Umratul
Islam [sudah Umrah untuk dirinya sendiri]
-SYARAT-SYARAT UMROH:
1. islam
2. baligh/dewasa
3. berakal sehat
4. merdeka
5. mampu
Pengertian DAM
Dam
menurut bahasa à artinya darah.
Menurut
Istilah à adalah
mengalirkan darah [menyembelih hewan ternak yaitu kambing, onta atau sapi
ditanah haram dalam rangka memenuhi ketentuan Manasik Haji atau Umrah].
DAM
pada prinsipnya ada 2 [dua] macam :
a.
DAM NUSUK à karena aturan ibadah, yaitu hubungannya dengan cara pelakasanaan Ibadah Haji, yang dikenakan bagi
orang-
orang yang mengerjakan Haji dengan
cara TAMATTU’ atau QIRAN.
b.
DAM ISA’AH à karena melanggar
aturan, seperti :
1.
melanggar larangan IHRAM Haji atau Umrah.
2.
meninggalkan Wajib Haji atau Umrah :
- Tidak berniat Ihram dari MIQAT.
- Tidak Mabit di Muzdalifah.
- Tidak Mabit di Mina.
- Tidak Melontar Jamrah
Aqabah dan tidak mewakilkannya bagi yang
Udzur.
- Tidak
Melontar Jamarat dihari-dihari Tasyriq dan tidak mewakilkannya bagi
yang Udzur.
-
Tidak Thawaf WADA’ kecuali bagi Wanita yang haidh atau nifas.
Ketentuan
mengenai DAM :
فَفِدْيَةٌ
مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ
Maka
boleh memilih dengan Fidyah, Puasa atau menyebelih binatang ternak.
Adapun
pelanggaran yang boleh memilih tersebut adalah :
-
Apa bila melanggar berupa :
1. mencukur/menggunting atau mencabut rambut.
2. memotong kuku.
3. memakai wangi-wangian.
4. memakai pakaian bertangkup bagi laki-laki.
5. memakai peci, topi atau sesuatu yang melekat dikepala
bagi laki-laki.
6. menutup muka atau memakai kaos tangan bagi wanita.
7. memasuki MINA setelah tenggelam Matahari pada hari-hari
tasyriq
8. tidak Mabit di MINA semalam.
à Bisa memilih dengan :
- Fidyah dengan
bersedekah ½ sha’ [2 mud à 1,4 kg.] dari makanan yang mengenyangkan
kepada masing-masing 6 (enam) orang miskin.
- Berpuasa 3 [tiga] hari.
- Menyembelih seekor
kambing.
-
Apa bila membunuh binatang
buruan
Dam/fidyah dengan menyembelih hewan persamaannya, atau
bersedekah ditanah haram dengan makanan seharga hewan tsb. atau dengan puasa,
adapun bilangan puasanya disesuaikan dengan banyaknya makanan yang mesti
disediakan, yaitu satu hari puasa untuk setiap 1 [satu] mud makanan [lebih
kurang ¾ kg]
-
Melanggar larangan Ihram
dengan bersetubuh [jimak].
Bersetubuh sebelum TAHALLUL AWAL, maka batal Hajinya dan
wajib membayar Dam atau kifarat.
- Menyembelih seekor
unta atau sapi, kalau tidak ada menyembelih 7 ekor kambing, kalau tidak
ada bersedekah seharga unta, kalau tidak ada puasa sebanyak hitungan
setiap 1 mud sehari.
- Menyelesaikan Haji
yang batal itu tetap berlaku padanya larangan ihram yang lain.
- Wajib Hajinya belum gugur
dan diwajibkan mengulang Haji tahun berikutnya.
Bersetubuh
setelah TAHALLUL AWAL à tidak batal Hajinya, tapi wajib membayar Dam menyembelih
seekor unta atau sapi, jika terjadi yang kedua kalinya maka wajib membayar Dam
menyembelih seekor kambing dst. Menurut pendapat yang kuat [qaul yang mu’tamad].
-
Apa bila mengadakan akad
nikah pada saat IHRAM, maka nikahnya batal yang bersangkutan tidak terkena dam.
-
Tiga pelanggaran juga tidak
terkena dam dan Haji/Umrahnya sah akan tetapi gugur pahalanya yaitu Rafas,
Fusuq dan Jidal.
-
Memotong atau mematahkan
tumbuh-tumbuhannya ditanah Haram [sedang
Ihram atau tidak]. Para Ulama berbeda pendapat tentang penggantin [denda]nya :
-
Imam Malik ; tidak ada pengganti [denda]nya, tetapi berdosa.
- Imam Abu Hanifah ; dikenakan
pengganti [denda] hadiyah seharga pohon yang dipotong tsb.
-
Imam ‘Atha ; cukup ber-istighfar [memohon ampun].
-
Imam Asy Syafi’i ; untuk yang besar cukup mengganti dengan hadiyah seekor sapi, sedang yang kecil
dengan seekor kambing.
- Ibnu
‘Arabi berkata : bersepakat Para Fuqaha tentang haramnya memotong
pohon ditanah haram, kecuali Imam Asy Syafii memperbolehkan memotong kayu siwak.
[lihat Nailul Authar Bab
Shaidul Haram Wa Syajarihi].
Perhatikan
:
Bagi laki-laki yang ber Ihram boleh memakai sabuk [ikat
pinggang], cincin, jam tangan dan kaca mata [disamakan dengan ikat pinggang dan
cincin]. Sebagai dasar Hadits Riwayat Imam Baihaqi dalam Sunan Kubranya ;
قال لا بأس
بالهميان والخاتم للمحرم [رواه البيهقى]
“Tidak
mengapa bagi orang yg ber Ihram memakai Himyan [ikat pinggang yg dijdikan
tempat menyimpan uang] dan cincin”.
CATATAN
yang perlu diperhatikan ;
رَوَاهُ
أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ وَالتِّرْمِذِيُّ ) 1944 – ( وَعَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ
قَالَ : حَدَّثْتُ عَنْ مِقْسَمٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ { تُرْفَعُ الْأَيْدِي فِي الصَّلَاةِ ، وَإِذَا
رَأَى الْبَيْتَ ، وَعَلَى الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ، وَعَشِيَّةَ عَرَفَةَ ،
وَبِجَمْعٍ ، وَعِنْدَ الْجَمْرَتَيْنِ ، وَعَلَى الْمَيِّتِ } ) .
-
( وَعَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ
الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى
رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ وَلَفْظُهُ
: إنَّمَا جُعِلَ رَمْيُ الْجِمَارِ وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ
لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى ) حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ
أَخْرَجَهُ أَيْضًا النَّسَائِيّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ .
-
Diangkatnya
kedua tangan ketika dalam Shalat, ketika melihat Ka’bah, dibukit Shafa dan
Marwa, ketika Wukuf di Arafah, ketika di Muzdalifah, dan ketika di kedua tempat
melontar Jamrah dan ketika Shalat Mayyit.
-
Thawaf
di Baitullah [Ka’bah], dan dibukit Shafa dan Marwa, dan saat melontar Jamaraat
adalah untuk menegakkan Dzikir kepada Allah.
Tahalul / Cara Rosulullah Tahalul
à Mencukur [menggunting] rambut dikepala adalah salah satu
RUKUN HAJI dan dilaksanakan setelah selesai Melontar Jamrah Aqabah.
-
Selesai sunnahnya baca
Talbiyah.
TAHALLUL
AWALà Jamaah Haji sudah dihalalkan semua larangan IHRAM
kecuali satu yaitu bersetubuh/Jimak.
CARA RASULULLAH MENCUKUR /
MENGGUNTING RAMBUT KEPALA :
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى مِنًى فَأَتَى
الْجَمْرَةَ فَرَمَاهَا ثُمَّ أَتَى مَنْزِلَهُ بِمِنًى وَنَحَرَ ثُمَّ قَالَ
لِلْحَلَّاقِ خُذْ وَأَشَارَ إِلَى جَانِبِهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ ثُمَّ
جَعَلَ يُعْطِيهِ النَّاس {رواه مسلم }
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ ارْحَمْ
الْمُحَلِّقِينَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالْمُقَصِّرِينَ قَالَ اللَّهُمَّ
ارْحَمْ الْمُحَلِّقِينَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالْمُقَصِّرِينَ قَالَ
وَالْمُقَصِّرِينَ {
متفق عليه }
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ
حَلْقٌ إِنَّمَا عَلَى النِّسَاءِ التَّقْصِيرُ { رواه ابو داود }
Sesungguhnya
Rasulullah saw. datang di Mina, kemudian beliau menuju Jamrah Aqabah/Kubra,
maka beliau melontarnya, kamudian beliau datang ketempat [mabit] beliau di Mina
tsb. dan menyuruh seorang tukang cukur [untuk mencukur rambut beliau] seraya
memberi isyarat kekepalanya yang sebelah kanan, lalu yang sebelah kiri.
Kemudian beliau membagikan rambutnya kepada para shahabatnya. [HR Muslim]
Sesungguhnya
Rasulullah saw. berdoa’a : Ya Allah, berilah rahmat [kasih sayang] kepada
orang-orang yang mencukur rambutnya. Berkata para Shahabat : Wahai Rasulullah
saw. dan orang-orang yang memendekkan rambutnya. Rasulullah tetap berdo’a : Ya
Allah, berilah rahmat [kasih sayang] kepada orang-orang yang mencukur
rambutnya. Berkata para Shahabat : Wahai Rasulullah saw. dan orang-orang yang
memendekkan rambutnya. [permintaan para Sahabatnya yang kedua kali] inilah,
baru Rasulullah berdoa : Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya. [H.
Muttafaq ‘alaih].
Bersabda
Rasulullah saw. : Tidak perlu bagi wanita mencukur rambutnya sesungguhnya untuk
wanita cukup memendekkannya. [HR Abu Dawud]
DZIKIR & DO’A SA’I
By Unknown | At 05:41 | Label :
Doa-Haji
,
Doa-Umroh
,
Info-Haji
,
Info-Umroh
,
Manasik-Haji
,
Manasik-Umroh
| 0 Comments
خَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ إِلَى الصَّفَا وَقَالَ نَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ ثُمَّ
قَرَأَ
{ إِنَّ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ } رواه النسائ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَهَبَ إِلَى الصَّفَا
فَرَقِيَ عَلَيْهَا حَتَّى بَدَا لَهُ الْبَيْتُ ثُمَّ وَحَّدَ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ وَكَبَّرَ وَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ ثُمَّ مَشَى حَتَّى إِذَا انْصَبَّتْ قَدَمَاهُ سَعَى حَتَّى إِذَا
صَعِدَتْ قَدَمَاهُ مَشَى حَتَّى أَتَى الْمَرْوَةَ فَفَعَلَ عَلَيْهَا كَمَا
فَعَلَ عَلَى الصَّفَا حَتَّى قَضَى طَوَافَهُ – رواه النسائ
[Selesai Rasulullah saw.
dari Thawafnya ] Beliau keluar menuju Shafa dan berkata, aku memulai dengan apa
yang Allah memulainya. Kemudian beliau membaca “[Sesungguhnya Shafa dan Marwa
dari Syi’ar Allah] [HR An Nasa’i.]
Sesungguhnya Rasulullah
saw pergi ke Shafa, maka beliau naik keatas Shafa sehingga terlihat Bait
[Ka’bah] kemudian mentauhidkan Allah dan bertakbir dan beliau membaca “[Tidak
ada Tuhan selain Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh
kerajaan dan dan bagi-Nya seluruh pujian, Yang menghidupkan dan Yang mematikan
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu]” kemudian beliau berjalan sehingga kedua
telapak kakinya menginjak kelembah itu dan berjalan sehingga naik sampai dengan
Marwa. Maka beliau mengerjakan dari
Marwa sebagai mana dari Shafa sehingga selesai putarannya. [HR An Nasa’i]
à Jadi Dzikir Sa’i
bisa cukup dengan membaca :
Ketika naik dibukit
shofa baca :
[“INNASH SHAFAA WALMARWATA MIN SYA’AA-IRILLAH”] kemudian menghadap Ka’bah dan membaca TAKBIR à kemudian membaca [“LAA-ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAH, LAA
SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU YUHYII WA YUMMIIT, WAHUWA ‘ALAA KULLI
SYAI-IN QADIIR”[ LAA-ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAH, ANJAZA WA’DAH, WANASHARA ‘ABDAH,
WAHAZAMAL AHZAABA WAHDAH].
à
Kemudian membaca : إِنَّ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ [لَا إلَهَ
إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ ، أَنْجَزَ وَعَدَهُ ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ
، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ ] رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Tata cara Sa'i
SA‘I
S a’i à salah satu dari RUKUN HAJI dan RUKUN UMRAH.
Pengertian Sa’i menurut bahasa à [
سعى سعيا ] berjalan, berusaha.
Menurut
Istilah à berjalan dari
bukit Shafa kebukit Marwa 7 [tujuh] kali putaran, [dari bukit Shafa kebukit
Marwa dan sebaliknya dari bukit Marwa kebukit Shafa masing-masing dihitung satu
putaran] jadi dimulai dari bukit shafa dan berakhir dibukit Marwa.
SYARAT-SYARAT SA’I.
1.
Perjalan dari bukit Shofa kebukit Marwa dihitung satu kali putaran dan
juga sebaliknya.
2.
Dilakukan dengan 7 [tujuh] kali putaran dengan yg meyakinkan dan
dilaksanakan berturut-turut.
3.
Perjalanan Sa’i semata-mata untuk Ibadah Haji dan Umrah.
4.
Dilaksanakan setelah Thawaf Haji [Thawaf Ifadlah atau Thawaf Rukun],
Thawaf Umrah dan Thawaf Qudum.
SUNNAH SA’I
1. Berdzikir / berdo’a..
2. Lari-lari kecil disebut Ramal antara 2 [dua] pilar hijau baik dari Shafa
ke Marwa dan sebaliknya khusus untuk laki-laki.
3. Suci dari Najis dan Hadats.
4. Tertutup auratnya.
Untuk Doa dan Dzikir Sa'i
Silakan Klik di sini
Tata Cara Tayamum di Pesawat
By Unknown | At 04:26 | Label :
Info-Haji
,
Info-Umroh
,
Manasik-Haji
,
Manasik-Umroh
,
Tips-Cara
| 0 Comments
وَإِنْ
كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ
“Apa
bila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air
besar, atau menyentuh perempuan [ajnabiyah], jika kamu tidak mendapatkan air,
maka hendaklah kamu tayammum dengan tanah/debu yg suci, maka sapulah mukamu dan
kedua tanganmu”. [Al Mai’dah 6]
وجعلت لنا الأرض كلها مسجدا وجعلت تربتها لنا طهورا إذا لم نجد الماء ) - رواه مسلم
“Bumi
telah dijadikan bagiku sebagai tempat sujud dan debu dijadikan alat bersuci
[apa bila] kamu tidak mendapatkan air” [H.r. Muslim]
(
إنما كان يكفيك أن تضرب بكفيك في التراب ثم ينفخ فيهما ثم تمسح بهما وجهك وكفيك إلى الرصغين ) رواه الدارقطني
Bersabda
Rasulullah saw.: Sesungguhnya cukup bagimu, jika kamu pukulkan kedua telapak
tanganmu ketanah, lalu kamu tiup dan
kemudian kamu sapukan kemuka dan kedua tanganmu. [Hr. Ad Daru Quthni].
Tayamum dipesawat :
Yang
menjadi masalah ada atau tidak adanya debu dipesawat ;
- Menurut
pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ahmad pengertian [صَعِيدًا طَيِّبًا]
dalam ayat diatas adalah tanah yg bersih dan suci, maka tidak sah tayamum
kecuali dengan tanah bersih dan suci atau pasir berdebu bersih dan suci,
- Menurut
Imam Abu Hanifah dan Imam Malik [صَعِيدًا طَيِّبًا]
adalah nafsul ardhi [jenis apa yg ada dibumi, bersih suci], maka sah
tayammum semua jenis yg suci terdapat dari bumi walau dengan batu yg tidak
terdapat tanah dimukanya ataupun pasir yg tidak ada debunya. Dan Imam
Malik menambah pendapatnya dan beliau mengatakan : “sesungguhnya boleh
atau sah tayammum dengan apa saja yg ditemukan dibumi bersih dan suci seperti
tumbuh-tumbuhan.
{lihat Kitab Mizan al Kubra juz I hal. 132}
فمن ذلك قول الامام الشافعى واحمد ان الصعيد فى الاية هو التراب فلا يجوز التيمم الا بتراب طاهر او برمل فيه غبار مع
قول ابى حنيفة ومالك الصعيد هو نفس الارض ولو بحجر لا تراب عليه ورمل لا غبار فيه وزاد مالك فقال انه يجوز التيمم بما اتصل بالارض كا لنبا ت [ الميزان الكبرى 1 ص 132 با ب التيمم ]
Subscribe to:
Posts (Atom)